Oleh: Afrianto Daud
(Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP
Universitas Riau)
Sudah lebih satu setengah tahun tatanan dunia terguncang hebat karena pandemi
bernama Covid19. Pandemi ini telah menghancurkan dan mendisrupsi banyak hal, terutama ekonomi, kesehatan dan
pendidikan. Angka pengangguran dan kemiskinan melonjak tajam. Banyak orang yang
tiba-tiba kehilangan pekerjaaan karena pembatasan aktivitas manusia. Laporan
Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus lalu, misalnya, menyebut bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya, pada
kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh
sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada
periode yang sama 2019 lalu.
Pada sektor
pendidikan, pandemi telah memaksa jutaan sekolah di dunia tutup secara fisik. Moda pendidikan beralih ke pembelajaran daring secara masif. Semua perubahan yang tiba-tiba ini tentu
telah mengganggu jalannya proses pendidikan bagi 1,5 milyar anak didik di dunia. Pembelajaran daring selama pandemi tidak efektif. Laporan dari Bank
Dunia tahun 2020 menyebut bahwa rata-rata efektivitas pembelajaran daring hanya
berkisar 33-40 persen saja.
Tutupnya sekolah dalam waktu lama telah berakibat
serius pada proses pendidikan. Pembelajaran daring mengalami banyak masalah.
Tidak efektif. Anak-anak kita tidak hanya
mengalami tekanan baru, stress akibat banyak tugas selama belahar daring,
mereka juga sedang berada pada ancaman serius berupa kehilangan kesempatan untuk belajar
(learning loss). Laporan terbaru UNICEF menyebut bahwa ada 24 juta siswa
terancam putus sekolah karena pandemi. Pada jangka panjang, anak didik kita akan kehilangan banyak ketrampilan
yang seharusnya mereka miliki. Kita terancama kehilangan generasi terbaik.
Pada kondisi
seperti ini sangat diperlukan kerjsama dan sinergi nyata antara berbagai stakeholder
pendidikan: pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Jalannya proses pendidikan
adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah tentu tak akan sanggup berjalan
sendiri, tanpa ada dukungan dari pihak lain, seperti masyarakat itu. Apalagi
pemerintah juga harus menghadapi tantangan lain akibat pandemi, terutama
bagaimana menekan angka korban kematian akibat pandemi, termasuk bagaimana
menyelematkan ekonomi nasional yang terseok akibat banyak pembatasan selama
pandemi.
Praktik Baik
dari Ranah Minang
Kita bersyukur
bahwa sinergi dan kolaborasi masyarakat dalam menjalankan pendidikan selama
pandemi ini bisa dicontohkan dengan baik oleh masyarakat pelaku dan pemerhati pendidikan
Minangkabau yang difasilitasi oleh Minangkabau Diaspora Global Network
(MDGN). Ini adalah jejaring perantau Minang yang tersebar di banyak belahan
dunia. Perkembangan teknologi digital telah memudahkan ratusan ribu perantau
Minang di dunia terhubung melalui jaringan MDGN ini.
Selama hampir dua
tahun terakhir, di bawah arahan Prof Fasli Jalal, wakil menteri pendidikan
nasional semasa pemerintahan SBY, dan saudara Burmalis Ilyas, salah seorang
pimpinan di MDGN, MDGN telah melakukan banyak sekali kegiatan inovatif yang
menarik dan bermanfa’at. Salah satunya MDGN mentaja kegiatan workshop berseri
di bidang pendidikan untuk membantu ribuan guru di ranah Minang untuk bisa
bertahan dan tetap produktif menjalankan pendidikan selama pandemi ini.
Pelatihan online
berseri ini diisi oleh banyak pakar pendidikan berasal dari beberapa perguruan
tinggi di Sumatera Barat, Riau, Jakarta, dan Australia. Konten pelatihan
beragam, mulai dari filosofi belajar daring, metodologi pengajaran selama
pandemi, media pembelajaran, sampai hal-hal yang lebih praktis, seperti
bagaimana membuat video pembelajaran, LKPD digital, mengelola Learning
Management System (LMS), dan lainnya.
Yang paling menarik dari proses workshop yang berjalan lebih tiga bulan ini
adalah semuanya dilakukan secara volounteer dengan biaya yang nyaris
nol. Semua bergerak atas dasar sukarela dan atas dasar kemauan dan kepedulian
terhadap pendidikan di ranah Minang. Setiap pihak seakan berlomba memberikan
sesuatu, berkontribusi yang mereka bisa untuk kemajuan pendidikan di ranah
Minang, terutama selama pandemi.
Yang tak kalah
mengesankan adalah bahwa workshop ini selalu diikuti oleh ribuan peserta pada
setiap sesinya. Peserta tidak hanya datang dari ribuan guru (SD-SLTA) di
Sumatera Barat, tetapi juga para guru dari daerah lain. Mayoritas guru sangat
antusias mengikuti setiap sesi kegiatan. Hal ini terlihat dari antusiasme
mereka bertanya, termasuk mengerjakan latihan dan atau tugas setelah sesi
materi berlangsung.
Suksesnya
kegiatan workshop berseri MDGN selama pandemi juga tak bisa dilepaskan dari
adanya dukungan yang kuat dari pemerintahan provinsi dan pemerintahan daerah di
Sumatera Barat. Pada setiap sesi workshop selalu ada pihak pemerintahan yang
hadir, mulai dari gubernur Sumatera Barat (Irwan Prayitno dan kemudian
dilanjutkan Mahyeldi) sampai para bupati dan walikota. Komitemen pemerintah
daerah mensukseskan kegiatan workshop daring ini salah satunya ditunjukan
dengan himbauan setiap dinas kepada semua guru untuk hadir dan berpartisipasi
pada workshop ini.
Apa yang
dilakukan MDGN dan pemerintahan provinsi/kabupaten/kota di Sumatera Barat jelas
adalah sebuah praktek baik (best practice) yang pantas ditiru oleh
daerah lain terkait bagaimana berbagai pihak bisa bekerjasama mencari jalan
keluar dalam menghadapi tantangan yang muncul selama pandemi. Praktik baik seperti ini sangat diperlukan
bagi banyak komunitas pendidikan yang sedang mencari cara-cara terbaik menyikapi
dampak pandemi terhadap pendidikan.
Saat ini
Kementrian Pendidikan Nasional dibawah pimpinan Nadiem Makarim sedang
meluncurkan program Organisasi Penggerak dalam rangka mengakselerasi
ketercapaian program merdeka belajar. Ada anggaran cukup besar (595 milyar) yang
disediakan untuk operasional program ini. Jika banyak organisasi penggerak yang
memperoleh dana cukup besar itu baru saja memulai kerja mereka, MDGN telah
memberikan contoh nyata bagaimana bergerak, berkontribusi, dan memberikan
solusi terhadap pemasalahan pendidikan anak negeri. MDGN sesungguhnya telah
menjadi contoh organisasi penggerak, walau tanpa anggaran pemerintah.
Terimakasih dan semoga Allah memberkati. Saya bangga pernah menjadi bagian
kecil dari praktik baik ini.
I teach (and learn) for the same reason I breathe.
Jatuh cinta dengan kegiatan belajar dan mengajar, karena dua aktifitas inilah yang menjadikan peradaban terus tumbuh dan berkembang ^_^
I have been teaching in various institutions in Indonesia, ranging from primary school to university level. I am currently an associate professor in the English education department of Universitas Riau, Indonesia.
My research interests are in the areas of (English) teacher training and education, English Language Teaching, and educational policy in the Indonesian context.
I am happy to share my knowledge with all interested teachers worldwide.
Feel free to contact me through my email as seen in my blog :-).
Many thanks!
Share this